dtg

Teknologi Mesin Diesel

kurnia tea — Wed, 12/12/2007 - 05:36

POPULASI kendaraan diesel di Indonesia memang masih kalah dibandingkan mobil yang berbahan bakar bensin. Padahal di dunia saat ini terjadi persaingan yang ketat antara Eropa dengan Jepang untuk menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan. Eropa memilih teknologi mesin diesel, sedangkan Jepang lebih menyukai teknologi fuel-cell atau mobil hybrid. Alasan pabrikan Eropa lebih memilih diesel karena mesin ini hemat bahan bakar dan harga bahan bakarnya jauh lebih murah. Bagaimana dengan kondisi di Indonesia, tampaknya bahan bakar masih menjadi masalah tersendiri.

Pabrikan mobil Eropa adalah pakarnya teknologi mesin diesel. Ini bisa terjadi karena masyarakat Eropa gemar berpergian antarnegara sehingga dalam satu hari mereka bisa berkendara sejauh 500 km. Mesin diesel yang dari dahulu dikenal selain hemat bahan bakar juga harganya yang murah, membuat kendaraan diesel menjadi pilihan utama.

Saat ini penjualan mobil diesel menempati porsi sebesar 33% di berbagai negara Eropa, bahkan di Jerman sudah mencapai 40%. Pabrikan mobil Eropa kini menjual mobil bermesin diesel pada segala kategori, mulai dari kelas kompak yang berharga relatif murah sampai dengan sedan kelas eksklusif yang bernilai jual mahal.

Di Jerman para ahli teknik kendaraan memprediksi, peraturan emisi berpotensi mengakhiri keberadaan mesin bensin yang berkapasitas besar. Ini mendorong Mercedes Benz, BMW dan Audi mengembangkan teknologi turbo diesel berkonfigurasi mesin V8 yang berkatup 32 untuk kendaraan mewah mereka.

Persaingan lebih ramai terjadi pada kelas sedan menengah. Malahan pabrikan BMW, Mercedes, dan Audi ditantang oleh Opel dan Saab yang memakai mesin Isuzu Jepang. Khusus pabrikan mobil VW merajai kelas sedan kompak dengan Passat TDI, Golf TDI, dan Lupo TDI yang ditantang sedan Opel Astra ECO4 bermesin Isuzu. Jepang pun ikut bersaing di pasar ini dengan menjual Honda Civic yang memakai mesin Isuzu.

Memang permasalahan terbesar dari mesin diesel adalah asap yang berwarna hitam. Para ahli otomotif berusaha menguranginya dengan teknologi Common-Rail Direct Injection. Teknologi ini merupakan hasil kerja sama antara perusahaan Bosch Jerman dengan beberapa pabrikan mobil Eropa.

Memang salah satu yang menarik dari teknologi diesel adalah mesinnya yang hemat bahan bakar. Data yang dikeluarkan oleh pabrikan mobil PSA menyebutkan, teknologi diesel terbaru dapat menghemat pemakaian bahan bakar sampai dengan 20% dibandingkan teknologi lama tahun 1980-an. Torsi yang dikeluarkan meningkat dua kali lipat pada kecepatan rendah, sedangkan tenaga mengalami peningkatan hampir dua kali lipat.

Sisi menarik lainnya adalah penurunan gas buang dan juga suara bising dari mesin diesel konvensional. Untuk emisi gas CO2 berkurang 20%, kemudian Nox, CO (Karbon Monoksida) berkurang 40%. Yang paling besar adalah jumlah partikel yang terbakar atau Hidrokarbon meningkat hampir 50% dan partikel emisi sebesar 60%.

Setelah Eropa, kini mesin diesel mulai populer kembali di AS. Sempat menghilang pada tahun 1990-an akibat harga bensin yang murah. Kini dengan memanfaatkan regulasi pencemaran udara yang semakin ketat oleh pemerintah AS, pabrikan mobil Eropa berusaha membujuk konsumen di negara itu untuk membelinya. Langkah serupa dilakukan pabrikan mobil AS, Ford, General Motors, dan Chrysler saling bersaing.

Mesin diesel pun tidak hanya dipakai mobil sedan, namun juga sport dan SUV (sport utility vehicle). Ford sendiri telah mengeluarkan mobil sport diesel berkecepatan tinggi. Sedangkan Chyrsler akan meluncurkan Liberty bermesin diesel di akhir tahun ini. Semuanya memakai mesin diesel generasi baru.

Bagaimana di Indonesia ?

Menurut para ahli mesin diesel dari Peugeot, mutu solar di Indonesia kurang memenuhi syarat untuk mesin diesel generasi terbaru buatan pabrik Eropa.

Kualitas solar yang ada di stasiun bahan bakar di Indonesia, menurut penelitian Peugeot Prancis yang dilakukan memakai indikator centane rating atau nilai oktan solar, mutunya relatif rendah. Nilainya hanya mencapai 50, itu pun disertai dengan kandungan sulfur yang tinggi.

Pertamina kabarnya akan meluncurkan produk solar kualitas tinggi untuk memenuhi keperluan tuntutan mesin diesel generasi terbaru. Namun jenis dari bahan bakar tersebut belum diketahui. Untuk mengimbangi teknologi mesin diesel yang semakin canggih, tentunya solar jenis terbaru bisa secepatnya terealisasi.